Pada pertengahan awan bulan Desember 2012 lalu, adaptasi anime dari novel Nekomonogatari (Kuro) karya Nisio Isin secara agak tiba-tiba diumumkan dan kemudian ditayangkan sebagai film animasi berdurasi dua jam pada malam pergantian tahun. Bersama itu, dikonfirmasi pula bahwa seluruh ‘season 2’ dari seri novel Monogatari karya beliau ‘jadi’ dibuat animasinya pada pertengahan tahun 2013 ini.

Nekomonogatari (Kuro) (‘cerita kucing, sisi hitam’) merupakan cerita penutup dari ‘season 1’ seri ini, yang sebelumnya dibuka dengan Bakemonogatari yang animenya cukup fenomenal menjelang akhir tahun 2009.

Kamu percaya sama yang gaib?

Sebelum aku mengulas lebih lanjut, aku mau cerita dulu soal kenapa aku begitu suka pada seri yang sekilas terlihat begitu enggak jelas ini.

…Ini agak susah ngejelasinnya, tapi seri Monogatari, terlepas dari segala keenggakseriusan yang kadang ditampilkannya, pada dasarnya adalah serangkaian kisah serius tentang gimana orang menyikapi dan menemukan makna dari cinta dan kehidupan (ceileh).

Tema utama yang diusung jelas-jelas adalah seputar supernatural. Tapi, itu cuma kayak cuma jadi alat buat menekankan apa-apa yang pengen ditekankan; yakni soal para karakternya sendiri, lalu soal gimana cara pandang mereka dalam ngadepin apa-apa yang mereka alami.

Sori, sebelumnya aku ngerasa pede bisa ngejelasin ini. Tapi sesudah nyoba nulis langsung, aku agak bingung sendiri dalam nemuin kata-kata yang tepat.

Gimana ya?

Intinya, aku suka seri ini karena ini nunjukin secara jelas soal kesubjektifan.

Kamu enggak bisa menilai orang lain karena kamu belum tentu ngerti segalanya tentang mereka.

Kamu ngerti segalanya tentang orang lain sekalipun, tetep enggak berarti kamu paham diri kamu sendiri, karenanya kamu tetep enggak bisa mandang mereka rendah.

Ada banyak hal yang enggak akan pernah kau pahami di dunia ini. Jadi jangan sombong, wahai manusia. Tahu adatlah dikit, soal di mana posisi kamu berada.

…Mungkin sesuatu kayak gitu.

Bahasannya emang bisa muter-muter dan ngejelimet. Cuma, setiap kali aku memikirkan ulang dan memperhatikannya baik-baik, selalu ada suatu hal ‘dalem’ yang sungguh-sungguh disampaikan di dalamnya. Lalu meski hal ini tersamar di tiap episode dan hampir sama sekali enggak kelihatan di Nisemonogatari, hal berarti tersebut bisa benar-benar terasa dalam jangka panjangnya.

Aku baru sepenuhnya nyadarin soal ini sesudah aku baca sampai habis terjemahan bahasa Inggris dari Nekomonogatari (Shiro). Tapi itu soal lain.

Buat sekarang, kita bahas cerita pendahulunya dulu.

Alur Maju Mundur

Orang-orang yang masih mengikuti seri ini sampai sekarang mungkin sudah menyadarinya. Tapi seri Monogatari memang dituturkan dengan alur maju mundur. Bakemonogatari adalah pembuka, yang memperkenalkan seluruh cast tokoh utamanya. Disusul dengan Kizumonogatari, yang (sejauh ini) secara kronologis merupakan cerita paling awal di seri ini (aku masih enggak tahu apakah adaptasi animenya udah ada apa enggak). Lalu Nisemonogatari, yang ngegambarin semacam masa transisi sesudah Bakemonogatari. Lalu sekarang, Nekomonogatari (Kuro), yang berlatar di rentang waktu sesudah Kizumonogatari, tapi sebelum Bakemonogatari; persisnya, di masa liburan Golden Week, yang di salah satu adegan Bakemonogatari, dikenang sebagai sesuatu yang ‘enggak begitu ingin dibahas’ oleh sang tokoh utama, Araragi Koyomi.

Nekomonogatari, sesuai inti ceritanya, dibagi menjadi dua bagian, yakni sisi ‘hitam’ dan sisi ‘putih’. Tapi keduanya berfokus pada karakter sahabat Araragi, Hanekawa Tsubasa, yang sungguh-sungguh dikagumi dan dihormatinya.

Pada titik ini, Senjougahara Hitagi masih belum masuk ke dalam cerita.

Sesudah rangkaian pengalaman mengerikan yang dialaminya di masa liburan musim semi, Araragi mulai sedikit mempertanyakan soal bagaimana perasaan dan hubungannya dengan Hanekawa. Araragi pun kemudian berkonsultasi pada kedua adik perempuannya, Araragi Karen dan Araragi Tsukihi.

Lalu sesudah sebuah ‘adegan dialog bertele yang jelas-jelas disengaja dan nyata-nyata berbahaya sehingga dipotong sebagian di dalam versi animenya’, Araragi mulai mendapat hipotesa aneh kalau apa yang dirasakannya terhadap Hanekawa mungkin bukan sesuatu yang ‘sedalam’ bayangannya semula.

Tapi sebuah pertemuan kebetulan dengan Hanekawa di jalan membeberkan sedikit lebih banyak soal latar belakang keluarga Hanekawa terhadap Araragi. Araragi masih bisa berpikiran mesum dan bersikap seenaknya, namun jelas ia tak bisa tak memperlihatkan kepedulian terhadap situasi Hanekawa.

Kemudian di sinilah, ‘keganjilan’ selanjutnya yang terjadi, yang menimpa Hanekawa, harus ia hadapi. Semua Araragi rasa bermula dari sesosok bangkai kucing yang dirinya dan Hanekawa kemudian temukan terlantar di pinggir jalan, dan kemudian mereka kuburkan.

Singkat cerita, Nekomonogatari (Kuro) yang mengangkat bab Tsubasa Family mengetengahkan dari sudut pandang Araragi apa-apa sesungguhnya yang terjadi dalam liburan-Golden-Week-yang-begitu-tak-ingin-diungkitnya dalam Bakemonogatari. Persisnya, awal mula hubungan Hanekawa dengan siluman kucing yang kemudian menjadi bagian dari dirinya pada bab Tsubasa Cat.

Nya nya nya

Ceritanya benar-benar… gimana ya? Sesuai bayangan sih. Tapi tetap agak mengejutkan dalam beberapa bagian.

Oshino Meme, mentor Araragi, masih tampil kembali di gedung bimbel terbengkalai yang jadi markas mereka (mungkin ini cuma aku, tapi desain karakternya kayaknya dibuat makin keren dibanding waktu di Bakemonogatari), bersama apa yang tersisa dari vampir Kiss-Shot Acerola-Orion Heart-Under-Blade, yang bertanggung jawab atas ‘keabadian’ yang Araragi sampai dapatkan dalam episode Koyomi Vamp di Kizumonogatari. Lalu di sini, buat yang masih belum paham, digambarkan lebih jauh soal cara pandang dan motivasinya dalam bertahan di kota itu dan berjaga-jaga untuk Araragi.

Pokoknya, dipaparkan bagaimana sebuah situasi yang harusnya simpel ternyata benar-benar berkembang sampai lepas kendali sesuai ketakutan semula Oshino (akhir Kizumonogatari memberikan foreshadowing yang kental terhadap apa yang terjadi di sini). Hingga Araragi tak punya pilihan selain meminta bantuan pada nona vampir yang… di akhir Kizumonogatari, serta-merta telah Araragi dengan penuh sesal khianati segala harapannya.

Klimaksnya, jujur saja, ternyata lebih keren dari bayanganku (Kokorowatari muncul!). Tapi buat memahami sepenuhnya apa-apa yang terjadi, terus terang, aku perlu membaca versi novelnya dan membandingkannya dengan versi animenya (bab-bab awal novelnya luar biasa bertele, tapi bab-bab selanjutnya lebih padat dan ringkas).

Terlepas dari itu, adaptasi animenya ini benar-benar dibuat dengan bagus. Gaya khasnya masih sama. Lalu ada peningkatan sedikit pula dari segi kualitas visual. Meski nuansa visualnya kadang agak samar-samar, aku suka gimana efek-efek suara dimainkan dan ngasih penekanan terhadap apa-apa yang terjadi.

Akhir ceritanya memang agak ngegantung, agak nyisain tanda tanya, dan terhubung langsung dengan awal cerita Bakemonogatari. Tapi semua kepingan yang diperlukan buat memahami perkembangan cerita lanjutannya kemudian tersusun, dan kemudian kau kurang lebih ngeh soal kenapa bab cerita ini dikasih judul demikian.

Oh, dan bagi yang belum tahu, angka-angka tiga digit yang muncul di sepanjang animenya adalah angka-angka penanda bab di novelnya. Jadi tak perlu terlalu dipikirkan penampakannya di masa sekarang.

Penilaian

Konsep: B; Visual: A; Audio: A; Perkembangan: A-; Eksekusi: A; Kepuasan Akhir: A-

2 tanggapan untuk “Nekomonogatari (Black)”

  1. Nice review… btw di mana Anda baca light novel-nya?

    1. Makasih.

      Biasa baca-baca terjemahan bahasa inggrisnya di baka-tsuki.net. Tapi seringnya engga lengkap dan engga tuntas. Engga tau juga kalo sekarang.

Tinggalkan Balasan ke alfare Batalkan balasan

Sedang Tren